Sejarah

Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah Fastabiqul Khairat merupakan pondok pesantren yang telah dirintis sejak tahun 1973 oleh Bapak Ust. Sadiqun Djama. Pada awal berdirinya pondok pesentren ini adalah bermula dari kegiatan pengajian anak-anak yang kemudian berkembang menjadi sebuah Pondok Pesantren.
Perkembangan pondok pesantren ini mengalami masa pasang surut sejak didirikannya. Pada awal berdirinya hanyalah sebuah kegiatan pengajian anak-anak yang kemudian berkembang menjadi sebuah pondok pesantren karena besarnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke daerah Ternate, sehingga lambat laun mereka ditempatkan pada sebuah asrama yang kini telah berubah menjadi permukiman penduduk.
Pada masa keemasannya, Pondok Peaantren ini sempat mendirikan sebuah Madrasah Tsanawiyah dan menampung santri inap pada era tahun 1980-an. Namun hal ini berangsur berkurang mengingat seiring dengan munculnya sekolah-sekolah Negeri yang secara lambat laun mengurangi minat masyarakat untuk menyekolahkan anak mereka ke Pondok Pesantren.
HIngga pada tahun 1994, Ust. Shadiqun Djama meninggal dunia pengelolaan pondok pesantren terhenti. Hal ini disebabkan antara lain tidak adanya regenerasi untuk melanjutkan pengelolaan kegiatan Pondok Pesantren. Namun sebelum meninggal dunia, almarhum Ust. Shadiqun Djama sempat berwasian kepada Istrinya untuk menyerahkan pengelolaan Pondok Pesantren kepada Jama'ah Muslimin Hizbullah Wilayah Indonesia Timur yang pada saat itu diamiri oleh Ust. Sirajuddin Arsyad. Namun mengingat padatnya kegiatan Ust. Sirajuddin Arsyad, pondok pesentren sempat fakum dari kegiatan selama kurang lebih 5 tahun dari tahun 1994 hingga 1999. Hingga pada tahun 1999 dikirimlah beberapa tenaga pengajar muda dari Shuffah Hizbullah Al Fatah Cileungsi Bogor yakni Arif Rahman Fitrianto, Mastur, Fauzi bin Abd. Hanan dan M. Ridha bin Sirajuddin Arsyad.
Pada masa berikutnya kegiatan Pondok Pesantren ini menfokuskan pada kegiatan pengajian anak-anak yang terwadahi dalam sebuah Taman Pendidikan Al Qur'an. Adapun lokal pondok pesantren yang semula memiliki asrama santri, kini lokal tersebut telah dijual oleh keluarga almarhum. Sehingga yang tersisa adalah lokal seluas kurang lebih 10 x 18 m2., yang terdiri dari Masjid, Ruang Kelas, Kamar, Dapur dan Toilet serta halaman belakang.
Sejak tahun 1999-2006 beberapa Ustadz muda yang dikirim tersebut ada yang tidak dapat melanjutkan perjuangan mereka dalam mengelola Pesantren. Hingga saat ini pengelolaan kegiatan pondok pesantren ini mengalami beberapa perkembangan, diantaranya dibukanya kegiatan Majelis Taklim, Madrasah Diniyyah, dan Pesantren Salafiyah.
Semoga pada hari-hari berikutnya Pondok Pesantren ini dapat memberi kontribusi yang berguna bagi perkembangan dakwah dan tarbiyah Islam di Wilayah Indonesia Timur...amin.